Total Tayangan Halaman

Rabu, 23 Maret 2011

Jakarta, Selama ini banyak dijual minyak goreng dengan label non-kolesterol yang diklaim bagus untuk kesehatan. Tapi sebenarnya semua minyak goreng memang tidak mengandung kolesterol karena berasal dari nabati.

"Semua minyak adalah non-kolesterol, karena kolesterol adanya dari hewani," ujar dr Fiastuti Witjaksono MSc, MS, SpGK dalam acara jumpa pers Penanggulangan Kanker Kolorektal di Mochtar Riady Comprehensive Cancer Centre (MRCCC) Siloam Semanggi, Rabu (23/3/2011).

Masyarakat diharapkan tidak tertipu dengan label non-kolesterol yang tercantum pada kemasan minyak goreng. Tapi yang harus diperhatikan dalam memilih minyak goreng adalah kandungan minyak jenuh dan tak jenuhnya, sebaiknya pilihlah minyak yang banyak mengandung lemak tak jenuh tunggal maupun ganda.

dr Fiastuti menuturkan kolesterol biasanya terdapat pada makanan hewani seperti kuning telur, otak dan juga jeroan (isi perut).

Jika sudah memilih menggunakan minyak goreng sehat yang banyak mengandung lemak tak jenuh, maka proses memasaknya pun harus diperhatikan agar tetap bisa memperoleh manfaatnya dan tidak menjadi sia-sia.

Minyak goreng yang mengandung lemak tidak jenuh jika dipakai untuk menggoreng dalam suhu tinggi dan waktu memasak yang lama (misalnya makanan tersebut sering berkali-kali dipanaskan) maka kandungan lemak tak jenuhnya sudah berubah menjadi lemak jenuh.

Lemak memang dibutuhkan oleh tubuh sebesar 30 persen dari kalori total, tapi umumnya pada beberapa jenis makanan moderen kandungan lemaknya sudah lebih dari 30 persen apalagi kalau semua makanan yang dikonsumsi dimasak dengan cara digoreng.

"Kalau sudah beli minyak goreng yang mahal tapi cara pakainya untuk menggoreng yang lama maka minyak ini menjadi tidak akan ada gunanya," ujar dokter yang juga tergabung dalam Pengurus PDGKI (Perhimpunan Dokter Gizi Klinik Indonesia).

Cara pakai minyak goreng yang sehat, jika sudah memilih minyak dengan kandungan lemak tak jenuh sebaiknya hanya digunakan untuk menumis atau dicampur dalam salad dan bukan dipakai untuk menggoreng. Minyak goreng juga jangan dipakai berkali-kali dalam suhu yang tinggi.

Jika suatu makanan sering dipanaskan (berkali-kali) dan dimasak dalam suhu tinggi akan membuat vitamin dan mineral yang terkandung di dalamnya menjadi hilang. Yang terpenting mulailah mengubah cara memasak dari menggoreng menjadi merebus atau mengukus untuk menghindari lemak jahat.
SUMBER

Rabu, 09 Maret 2011

Jakarta, Mengatur pola pernapasan adalah salah satu hal yang penting saat seseorang sedang berolahraga. Karena jika ia menahan napas atau justru bernapas terlalu cepat bisa menimbulkan efek samping.

Pernapasan saat berolahraga tidak hanya membuat seseorang bisa mempertahankan latihan untuk jangka waktu lama, tapi juga membuat seseorang tetap aman selama berolahraga. Selain itu pernapasan juga bisa digunakan untuk mengatur tingkat intensitas dari diri seseorang.

American Heart Association mengungkapkan pernapasan bisa menentukan intensitas latihan seseorang. Organisasi ini merekomendasikan penggunaan kecepatan percakapan sebagai alternatif untuk mengukur intensitas latihan, seperti dikutip dari Livestrong, Kamis (10/3/2011).

Jika seseorang bisa berbicara dengan mudah ketika sedang berjalan, maka ia mampu mengatur napasnya dengan baik saat berolahraga. Tapi jika seseorang menjadi sulit bernapas atau harus berhenti terlebih dahulu baru berbicara, maka ia perlu mengatur intensitas latihannya dengan baik agar olahraga yang dilakukan tidak menimbulkan efek samping.

Menahan napas selama seseorang melakukan olahraga seperti angkat beban atau angkat besi bisa sangat berbahaya, terutama jika memiliki hipertensi. Hal ini disebabkan oleh adanya peningkatan tekanan darah yang terjadi jika seseorang menahan napas saat mengangkat beban. Karena itu mengatur pernapasan dan mengetahui kapan harus beristirahat merupakan hal yang sangat penting untuk diperhatikan.

Saat berolahraga cobalah untuk bernapas secara rileks dengan menghirup napas lewat hidung dan mengeluarkannya secara perlahan-lahan melalui mulut dan tidak perlu menahan napas. Menghirup dan membuang napas secara perlahan bisa membuat seseorang merasa lebih segar.

Selain itu tarik dan hembuskan napas dengan pola yang teratur, serta mulailah olahraga dengan intensitas yang rendah dan secara perlahan meningkat sehingga tubuh bisa menyesuaikan diri dan tidak mengalami sesak napas.

Jika seseorang merasa sesak napas selama atau setelah latihan ada kemungkinan mengalami kondisi asma yang dipicu oleh latihan. Gejala tambahan yang timbul termasuk batuk, mengi, kelelahan dan sakit dada. Selain itu berolahraga di udara dingin atau kering bisa meningkatkan risiko tersebut.
Sumber