Total Tayangan Halaman

Minggu, 30 Januari 2011

4 Sehat 5 Sempurna Tinggal Sejarah, Diganti dengan PGS

Jakarta, Sejak di bangku Sekolah Dasar, pedoman hidup sehat selalu diajarkan dengan makan 4 sehat 5 sempurna (4S 5S). Tapi kini pedoman tersebut sudah tidak sesuai dan diganti dengan Pedoman Gizi Seimbang.

Indonesia kini resmi menggunakan Pedoman Gizi Seimbang (PGS) untuk menyiapkan pola hidup sehat masyarakat Indonesia dalam menghadapi 'beban ganda masalah gizi', yaitu ketika kekurangan dan kelebihan gizi terjadi secara bersama.

PGS diharapkan dapat memperbaiki pedoman sebelumnya, yaitu 4 sehat 5 sempurna yang sudah dipopulerkan sejak tahun 1950-an.

"4S 5S itu sudah jadi sejarah, karena ini adalah ilmu pengetahuan. Nggak ada ilmu pengetahuan yang kekal, semuanya pasti berkembang dan diperbaharui. Bukan berarti dihapuskan, tetapi dikembangkan dengan pengetahuan yang baru," jelas Prof Soekirman,SKM.,MPS-ID.,PhD, ahli gizi sekaligus guru besar IPB dalam acara Press Conference Pedoman Buku Gizi Seimbang, di Hotel Akmani, Jakarta, Kamis (27/4/2011).

Jika Empat Sehat Lima Sempurna menekankan pada:

1. Makanan Pokok
2. Lauk-Pauk
3. Sayur-Mayur
4. Buah
5. Susu


Maka Gizi Seimbang adalah susunan makanan sehari-hari yang mengandung zat-zat gizi dalam jenis dan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan tubuh.

Pedoman Gizi Seimbang memperhatikan 4 prinsip, yaitu:

1. Variasi makanan
2. Pentingnya pola hidup bersih
3. Pentingnya pola hidup aktif dan olahraga
4. Memantau berat badan ideal


Prof Soekirman mengatakan berbeda dengan konsep 4S 5S yang menyamaratakan kebutuhan gizi semua orang, PGS berprinsip bahwa tiap golongan usia, jenis kelamin, kesehatan dan akitifitas fisik memerlukan PGS yang berbeda, sesuai dengan kondisi masing-masing kelompok tersebut.

Di samping itu, PGS menekankan pula proporsi yang berbeda untuk setiap kelompok yang disesuaikan atau diseimbangkan dengan kebutuhan tubuh.

Perbedaan lainnya, PGS tidak memberlakukan susu sebagai makanan sempurna, melainkan ditempatkan satu kelompok dengan sumber protein hewani lain.

"Konsep 4S 5S diciptakan karena pada tahun 1950-an orang belum tahu cara makan yang benar. Tetapi sejak tahun 90-an, permasalahan gizi sudah berubah. Sekarang banyak negara menghadapi masalah kegemukanan, obesitas dengan akibatnya diabetes, hipertensi, jantung, stroke, yang mewabah ke negara maju dan berkembang," lanjut Prof Soekirman, yang juga merupakan ketua Koalisi Fortifikasi Indonesia (KFI).

Prof Soekirman menuturkan, dengan adanya permasalahan ini akhirnya pada konferensi di Roma, FAO dan WHO mulai mengubah konsep 4S 5S menjadi Pedoman Gizi Seimbang.

"Sebenarnya Departemen Kesehatan kita pada tahun 2003 dan 2005 juga sudah mencetak buku tentang Pedoman Gizi Seimbang. Sayangnya kurang dipublikasikan, akhirnya tidak banyak yang tahu kalau ada bukunya," jelas Prof Soekirman.

PGS Pakai Ilustrasi Tumpeng

Untuk mempermudah pemahaman mengenai PGS, setiap negara di dunia memiliki visualisasi yang disesuaikan dengan kebudayaan masing-masing.

Di Indonesia, prinsip PGS divisualisasikan dalam bentuk tumpeng dan nampannya yang disebut Tumpeng Gizi Seimbang (TGS).

TGS membantu setiap orang memilih makanan dengan jenis dan jumlah yang tepat, sesuai dengan berbagai kebutuhan menurut usia (bayi, balita, remaja, dewasa, usia lanjut) dan sesuai keadaan kesehatan (hamil, menyusui, aktivitas fisik, sakit).

Potongan-potongan TGS dialasi dengan air putih, artinya air putih merupakan bagian terbesar dan zat gizi esensial bagi kehidupan untuk hidup sehat dan aktif.

Setelah itu, ada potongan besar yang merupakan golongan makanan pokok (sumber karbohidrat), dianjurkan dikonsumsi 3-8 porsi (sesuai kebutuhan menurut usia dan keadaan kesehatan).

Di atas bagian ini terdapat golongan sayuran dan buah sebagai sumber serat, vitamin dan mineral. Setelah itu baru protein hewani dan nabati, serta di puncak tumpeng terdapat potongan kecil gula, garam dan minyak yang hanya digunakan seperlunya.

Dan sebagai alas TGS, gizi seimbang juga harus menyertakan olahraga teratur, menjaga kebersihan dan memantu berat badan.

Pemahaman tentang gizi seimbang diharapkan dapat membekali individu maupun keluarga dalam mencegah masalah-masalah yang timbul serta membantu mewujudkan pola hidup sehat masyarakat Indonesia.
Sumber

Awas Gejala Kanker! Jangan Sepelekan Mimisan

Jakarta, Hampir semua orang pernah mimisan. Namun jika darah yang keluar cukup banyak dan terlalu sering terjadi, sebaiknya segera diperiksa karena bisa jadi itu gejala kanker nasofaring (bagian atas faring atau tenggorokan).

Karena dialami oleh hampir semua orang, mimisan sering kali dianggap sebagai hal yang wajar. Faktanya, mimisan bisa terjadi secara spontan pada 80-90 persen orang sehat terutama pada kelompok usia anak-anak.

Meski umumnya tidak membahayakan, namun jika mimisan yang parah dan terlalu sering harus diwaspadai. Beberapa penyakit serius seperti tekanan darah tinggi, penggumpalan darah, stroke dan kanker sering ditandai dengan gejala perdarahan pada hidung.

Jenis kanker yang bisa memicu mimisan parah adalah kanker Nasopharynx Carcinoma (NPC). Pada stadium lanjut, seperti dikutip Channelnewsasia, Minggu (30/1/2011), kanker ini tak hanya menyebabkan mimisan tapi juga menyebabkan ingus yang keluar selalu mengandung bercak darah.

Karena itu jika seseorang sering mengalami mimisan parah, sebaiknya segera memeriksakan diri. Jika memang ada indikasi atau mungkin punya riwayat kanker di keluarganya, biasanya dokter akan melakukan biopsi atau pemeriksaan sampel jaringan.

NPC sulit dideteksi karena umumnya tidak memberikan gejala yang khas. Pada stadium awal, gejala kanker ini hanya seperti flu biasa yakni bersin-bersin dan hidung meler.

Meski gejala awalnya hanya sepele, jenis kanker ini cukup mematikan. Di Indonesia, NPC menempati urutan ke-4 jenis kanker paling berbahaya setelah kanker rahim, kanker payudara dan kanker kulit.

Sumber

Sabtu, 29 Januari 2011

Khasiat Capcaisin (Zat Pedas pada Cabai) Untuk Kesehatan

Rasa pedas menyengat di lidah ketika menyantap cabai sering membuat orang kapok meski lebih banyak yang justru ketagihan. Tak heran jika ada istilah kapok lombok, yang artinya meski kapok, tapi masih mencari lagi.

Belakangan diketahui rasa panas dan pedas dari cabai tersebut memiliki banyak manfaat untuk kesehatan. Capcaisin, kandungan kimia di balik rasa pedas cabai, dalam beberapa tahun terakhir ini menarik perhatian para ilmuwan untuk diteliti secara khusus.

Para ilmuwan menemukan kaitan antara rasa panas dan pedas cabai dengan penangkal rasa sakit. Dr Michael Caterina dari Amerika Serikat dalam risetnya menyebutkan capcaisin mengaktifkan sebagian kelompok saraf di lidah, bibir, dan kulit.

Pada kondisi ini capcaisin bertanggung jawab dalam mendeteksi adanya stimulan rasa sakit. Pada masa depan bukan tidak mungkin akan diciptakan obat pengurang rasa sakit dengan kandungan utama capcaisin.

Selain sebagai penghilang sakit, menurut penjelasan dr Ari F Syam, SpPD, capcaisin juga punya efek antiradang, meningkatkan nafsu makan, dan mengatasi sembelit. "Cabai memang bisa meningkatkan peristaltik usus sehingga merangsang seseorang untuk buang air besar," katanya.

Selain capcaisin, cabai juga mengandung vitamin C, A, mineral, antioksidan, dan serat. "Cabai bisa meningkatkan metabolisme tubuh sehingga pembakaran kalori lebih baik. Ini bisa dipakai untuk mengontrol berat badan," kata pengajar di Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia ini.

Pada penderita sakit mag, makanan pedas dan asam memang sebaiknya dihindari. "Jika sakit magnya membaik, masih bisa mengonsumsi cabai walau jumlahnya sedikit," kata konsultan kesehatan lambung dan pencernaan ini.

Mengingat banyaknya manfaat cabai untuk tubuh, dr Ari mengatakan tidak setuju jika konsumsi cabai harus dikurangi karena kenaikan harganya. "Justru seseorang akan lebih bersemangat kalau mengonsumsi cabai," pungkasnya.
Sumber : http://health.kompas.com/read/2011/01/07/10181486/Sengatan.Cabai.yang.Menyehatkan

Cara mencegah dan mengusir rasa ngatuk di siang hari

Kegiatan sehari-hari Anda dipenuhi kegiatan yang seakan tak ada kata henti? Setiap malam Anda tidur sangat larut untuk kembali terbangun di pagi yang sangat muda? Cara yang Anda lakukan untuk tetap terbangun adalah dengan menenggak minuman energi atau kopi? Wah, sebaiknya perhitungkan lagi kebiasaan ini. Embusan energi dari kafein memang bisa menjaga Anda terjaga lebih dari 8 jam, kafein juga bisa mengurangi waktu tidur Anda, memengaruhi tahapan normal tidur, dan menurunkan kualitas tidur Anda.

Supaya Anda bisa lebih segar beraktivitas tanpa harus ketergantungan dengan kopi atau zat lain, coba lakukan tips-tips berikut ini:

1. Beranjak dari tempat duduk dan bergeraklah
Dalam sebuah studinya, Robert Thayer, PhD, profesor dari California State University, Long Beach, mencari tahu perbandingan antara khasiat sebatang permen atau berjalan kaki selama 10 menit untuk membuat seseorang lebih merasa terjaga. Meski batang permen bisa memberikan dorongan energi yang cepat, para partisipan justru merasa lebih lelah dan berkurang energinya sejam kemudian. Berjalan kaki selama 10 menit meningkatkan energi selama 2 jam. Pasalnya, berjalan kaki memompa darah ke pembuluh darah, otak, dan otot.

2. Tidur siang
Ada dua hal mengenai tidur siang yang perlu diingat: jangan lakukan lebih dari sekali dalam sehari dan jangan melakukannya terlalu dekat dengan waktu tidur malam. "Tidur siang sebaiknya dilakukan antara 5-45 menit," ujar Barry Krakow, MD, penulis Sound Sleep, Sound Mind: 7 Keys to Sleeping Through the Night. Akan lebih baik jika Anda tidur siang 6-7 jam sebelum waktu tidur malam Anda. Jika Anda memang harus tidur siang mendekati waktu tidur malam Anda, lakukanlah dengan durasi sejenak. Jika Anda merasa perlu tidur siang di kantor, lakukanlah di waktu istirahat, dan gunakan alarm untuk membangunkan Anda jika diperlukan, pastikan waktu tidur siang Anda tidak mengganggu waktu kerja. Jika Anda tak bisa mengambil waktu untuk tidur siang, duduk dengan mata tertutup selama 10 menit saja sudah cukup.

3. Istirahat mata untuk mencegah kelelahan
Menatap satu titik yang sama bisa menyebabkan mata tegang dan memperparah rasa kantuk dan kelelahan. Alihkan pandangan Anda dari monitor selama beberapa menit secara periodik untuk merilekskan otot mata Anda.

4. Camilan sehat untuk menambah tenaga
Camilan manis bisa memberikan dorongan tenaga yang kemudian diikuti dengan rasa lelah ketika kadar gula pada darah sedang rendah yang memproduksi rasa letih. Camilan sehat, seperti selai kacang pada cracker gandum atau batang seledri, yoghurt dengan kacang atau buah segar, dan wortel kecil dengan krim keju rendah lemak.

5. Berbincanglah
Jika Anda merasa mulai didera kantuk, cobalah untuk memulai perbincangan untuk mengaktifkan otak Anda. Cobalah untuk bercengkerama mengenai hal-hal yang sesuai minat Anda, atau hal-hal yang menjadi kontroversi belakangan ini.

6. Tambahkan pencahayaan
Pencahayaan yang redup akan makin memperparah rasa kantuk. Studi menunjukkan bahwa eksposur terhadap cahaya terang bisa mengurangi rasa kantuk. Cobalah untuk menambah tingkat pencahayaan di kantor Anda.

7. Mengambil napas dalam-dalam
Menarik napas dalam-dalam akan meningkatkan level oksigen dalam darah. Hal ini akan memperlambat detak jantung, menurunkan tekanan darah, dan memperlancar sirkulasi, membantu performa dan energi mental. Tarik dan embuskan napas secara teratur selama beberapa menit.

8. Tukar pekerjaan untuk menstimulasi pikiran
Dalam sebuah penelitian yang dilakukan di Finlandia pada tahun 2004, para peneliti menemukan bahwa responden yang bekerja 12 jam di malam hari mengerjakan tugas yang monoton, sama berbahayanya dengan kekurangan kewaspadaan. Cobalah untuk mengganti tugas sesekali untuk menstimulasi kinerja otak Anda.

9. Minum banyak air
Dehidrasi bisa menyebabkan kelelahan. Pastikan Anda mendapatkan cukup cairan dan mengonsumsi cukup makanan yang mengandung banyak air, seperti buah-buahan dan sayur.

10. Cahaya matahari
Ritme sirkadian kita meregulasi siklus tidur kita, yang terpengaruh oleh sinar di siang hari. Cobalah untuk menghabiskan waktu setidaknya 30 menit dalam sehari di luar ruangan yang cerah. Para ahli tidur malah menganjurkan untuk menghabiskan waktu 1 jam di bawah sinar matahari per hari jika Anda adalah penderita insomnia.

11. Berolahraga untuk meningkatkan energi dan mengurangi kelelahan
Sebanyak 70 penelitian yang dilakukan pada tahun 2006, menyangkut 6.800 orang, menemukan bahwa berolahraga efektif meningkatkan energi dan mengurangi kelelahan di siang hari ketimbang penggunaan obat-obatan untuk mengatasi masalah tidur. Latihan secara rutin selama 30 menit per hari bisa membantu meningkatkan energi. Jika Anda berencana untuk menambah beban latihan, level energi Anda bisa turun sejenak, lalu kembali meningkat dalam beberapa jam. Mengonsumsi makanan yang mengandung protein dan karbohidrat dalam 2 jam seusai berolahraga akan mengurangi kehilangan energi. Pastikan Anda menyelesaikan olahraga Anda beberapa jam sebelum waktu tidur agar Anda tak merasa terlalu bertenaga saat waktu tidur tiba

Jack The Ripper

Tahun 1888 di bagian timur kota London, terjadi pembunuhan berantai terhadap 5 orang pelacur. Korban2 dibunuh dengan dicekik, lalu dibaringkan, dan dipotong pembuluh arteri mereka ditenggorokan, lalu diikuti dengan berbagai macam proses pemotongan, tergantung bagian tubuh mana yang akan dibuang dan ditinggalkan oleh si pelaku.
Sebenarnya, mangsa pembunuh yang kerap juga dijuluki “Pembunuh Whitechapel” ini hanyalah lima orang pelacur, walaupun ada pendapat yang mengatakan jumlahnya bisa lebih daripada itu.Dan semua kegiatannya itu ia lakukan hanya dalam jangka waktu 3 bulan saja. Tapi, bagaimanapun juga kekejaman dan misteri pembunuhnya menjadikan kasus pembunuhan berantai ini sangat popular hingga saat ini.
Dan dia dijuluki JACK THE RIPPER..
Sebenarnya dibandingkan Delphine LaLaurie (1775 - 1842), mungkin Jack The Ripper kalah kejam. Tapi entah mengapa, Jack sangat terkenal. Suasana mistis yang meliputi kasus ini membuatnya sangat terkenal. Gambaran bahwa seorang berjubah hitam yang muncul dari kabut, mencabut nyawa korbannya dengan cepat lalu menghilang di kegelapan. Dan dia tak pernah tertangkap atau terungkap.
Pada saat kasus itu muncul,sebenarnya nama Jack The Ripper bahkan belum ada. Namun media dan kepolisian banyak menerima surat. Ada yang mencoba memberi saran, ada yang mencoba memberi tahu identitas pelaku dan sebagainya. Sampai suatu hari ada surat yang berasal dari seseorang yang mengaku sebagai pelaku dari semua rentetan kasus pembunuhan sadis itu. Dan di bawahnya tertulis nama Jack The Ripper.
Awalnya surat tersebut tidak diperhatikan, karena memang banyak surat seperti itu sebelumnya. Namun tak lama kemudian muncul lagi satu surat yang dianggap dari orang yang sama (karena gaya tulisan, bentuk tulisan dan sebagainya) dan dibawahnya juga tertulis nama Jack The Ripper. Sejak saat itu, polisi dan masyarakat menyebut pelaku kasus itu dengan nama Jack The Ripper. Salah satu kalimat dalam surat itu adalah “They say I’m a doctor…hahahaha….”.
Alasan kenapa kepolisan mulai mempercayai surat itu adalah karena Jack menyatakan akan mengirimkan potongan telinga salah satu korbannya. Salah seorang korban yang ditemukan polisi memang kehilangan telinganya. Namun kiriman ini tidak pernah datang.
Yang ada berikutnya adalah kiriman selembar surat serta potongan ginjal manusia yang telah diformalin. Surat itu tidak lagi ditulis dengan nama pengirim Jack, tapi ‘From Hell’. Dari kata inilah judul film From Hell diambil. Apakah surat ketiga ini memang dari orang yang sama atau orang lain, kenyataannya juga tak pernah terungkap sampai hari ini.
Tidak banyak petunjuk konkrit yang didapatkan untuk menelusuri jejak sang pembunuh . Jack the Ripper digambarkan sangat mahir “memainkan” pisau-pisau mematikannya, mempunyai pengetahuan anatomi tubuh manusia yang cukup baik, serta penguasaan teknik membedah dan memotong bagian-bagian tubuh manusia dengan sangat sempurna. Yang bisa dikatakan lebih hebat lagi, semua pembataian itu ia lakukan ditengah gelap-nya malam, boleh dibilang tanpa penerangan yang cukup.
Segala misteri itu bermula pada tanggal 31 Agustus 1888. Sekitar pukul 4.00 dini hari waktu setempat , seorang penduduk menemui mangsa pertama sang “devil” yaitu Mary Ann Nichols, 42, di Whitechapel, East End. Mayat wanita malang itu ditemukan oleh seorang penduduk setempat dalam keadaan tewas mengenaskan. Bahkan beberapa polisi yang datang ke TKP juga cukup tekejut ketika melihat kondisi mayat. Dokter yang memeriksa mayat tersebut mendapati sebagian tubuhnya masih panas, ini menunjukkan mungkin wanita ini dibunuh kurang lebih sekitar setengah jam sebelum jasad-nya ditemukan. Terdapat kesan sayatan benda runcing pada rahang kiri korban, selain itu diperkirakan perutnya juga dibelah menggunakan pisau panjang bergerigi, serta terdapat banyak luka tikaman pada beberapa bagian tubuh yang lain. Polisi tidak banyak memiliki petunjuk mengenai kasus pembunuhan ini, kerana tidak ada saksi yang melihat atau mendengar suara teriakan korban pada malam kejadian. Selain itu tidak ditemui juga ada-nya senjata tajam yang ditinggalkan sang pelaku di TKP.
Pada 6 Agustus 1888 sebelum kasus pembunuhan Mary, seorang pelacur lainnya, Martha Tabram, 39, ditemui tewas di George Yard dengan luka tikaman benda tajam sebanyak 39 kali pada leher dan bagian kemaluan. Dari hasil autopsi terhadap jasad wanita itu, didapati leher sang korban turut digorok dan perutnya dibelah. Beberapa pihak berpendapat, pembunuhan Martha merupakan salah satu “hasil karya” Jack The Ripper. Sehingga banyak spekulasi mengatakan bahwa Martha merupakan korban pertama dari rentetan kasus pembunuhan berantai ini.
Delapan hari selepas kematian Mary, penduduk Whitechapel kembali digemparkan oleh penemuan sesosok mayat wanita. Kali ini menimpa seorang pelacur, Annie Chapman, ia juga ditemukan tewas dalam keadaan mengenaskan. Ahli bedah forensik mengatakan bahwa Annie tewas dua jam sebelum jasadnya ditemukan. Mereka juga mendapati sebagian kulit perut Annie dibedah, tulang rusuknya dipotong-potong, isi perut dan organ-organ seperti jantung dikeluarkan dan diletakkan di bahu sang korban. Edannya lagi, sebagian kemaluannya juga dipotong!! Beberapa saksi mengatakan melihat Annie sedang bercengkrama dengan seorang lelaki yang memiliki ciri-ciri berkulit gelap, memakai topi pemburu rusa dan berjubah hitam pada jam 5.30 pagi. Keterangan para saksi yang turut merujuk kepada “orang asing”, membuat polisi menyimpulkan pembunuh adalah pendatang Yahudi dan menimbulkan sentimen di kalangan penduduk pribumi. Seorang Yahudi, John Pizer yang turut dikenali “Apron Kulit” ditahan, namun ahirnya ia dibebaskan karena ia tak terbukti bersalah dan tidak terkait dengan kasus pembunuhan tersebut.

Mangsa ketiga dan keempat Jack the Ripper ditemukan pada hari yang sama yaitu 30 September 1988. Kali ini korbannya adalah Elizabeth Stride, berusia 45 tahun. Ia ditemui tewas berlumuran darah di Dutfield Yard kira-kira pukul 1.00 pagi dengan bekas cekikan dileher dan disinyalir ia mati kurang lebih 30 menit sebelum jasadnya ditemukan.
Malam itu ternyata belum berakhir bagi Jack. Pada malam itu pula, polisi sekali lagi dikejutkan dengan penemuan mayat yang juga ditemukan dalam kondisi yang mengenaskan , kira-kira 1.6 kilometer dari lokasi penemuan mayat Elizabeth. Korban kedua di hari itu adalah Catherine Eddowes, 46 tahun. Ia juga ditemukan dalam keadaan tewas berlumuran darah , ada bekas cekikan di lehernya, tubuhnya dibelah dari dada sampai selangkangan dan isi perutnya terburai keluar. Tidak ketinggalan rahimnya juga ikut dipotong dan dikeluarkan, mukanya hancur karena dikuliti, kelopak mata kanannya dicungkil, hidung dan telinganya hampir putus. Korban tewas kurang 30 menit sebelum ditemukan.
Di TKP , Polisi menemukan sehelai syal/selendang milik sang korban yang berlumuran darah dan didekat-nya terdapat tulisan kapur pada dinding yang berbunyi:
“The Juwes are The men That Will not be Blamed For nothing” (Yahudi adalah pihak yang tidak akan bisa disalahkan tanpa sebab).
Dari sinilah Polisi bisa mengambil kesimpulan, bahwa seorang Yahudi-lah yang ada dibalik kasus pembunuhan berantai legendaris ini.
Sedangkan korban kelima diketahui bernama Mary Jane Kelly. “Ginger”, nama panggilan M.J.Kelly, juga ditemukan dengan kondisi yang sama mengerikannya dengan korban-korban lainnya. Jasadnya ditemukan pada 9 September 1988, dikamar sewaannya yang berlokasi di Miller’s Court, off Dorset Street, Spitalfields.
THE END

Sumber : kaskus, wikipedia

Jumat, 21 Januari 2011

Asuhan Keperawatan Stroke Non Hemoragik



A. Pengertian
Stroke atau cedera cerebrovaskuler adalah kehilangan fungsi otak yang diakibatkan oleh berhentinya suplai darah ke bagian otak sering ini adalah kulminasi penyakit serebrovaskuler selama beberapa tahun. (Smeltzer C. Suzanne, 2002 dalam ekspresiku-blogspot 2008).
Gangguan peredaran darah diotak (GPDO) atau dikenal dengan CVA ( Cerebro Vaskuar Accident) adalah gangguan fungsi syaraf yang disebabkan oleh gangguan aliran darah dalam otak yang dapat timbul secara mendadak ( dalam beberapa detik) atau secara cepat ( dalam beberapa jam ) dengan gejala atau tanda yang sesuai dengan daerah yang terganggu.(Harsono, 1996).
Stroke adalah manifestasi klinik dari gangguan fungsi serebral, baik fokal maupun menyeluruh (global), yang berlangsung dengan cepat, berlangsung lebih dari 24 jam, atau berakhir dengan maut, tanpa ditemukannya penyebab selain daripada gangguan vascular.

Pathofisiologi

Menurut Hudak dan Gallo aliran darah di setiap otak terhambat karena trombus atau embolus, maka terjadi kekurangan oksigen ke jaringan otot, kekurangan oksigen pada awalnya mungkin akibat iskemia imun (karena henti jantung atau hipotensi) hipoxia karena proses kesukaran bernafas suatu sumbatan pada arteri koroner dapat mengakibatkan suatu area infark (kematian jaringan).
Berdasarkan Price SA dan Wilson Lorraine M (perdarahan intraksional) biasanya disebabkan oleh ruptura arteri cerebri ekstravasasi darah terjadi di daerah otak atau subarachnoid, sehingga jaringan yang terletak di dekatnya akan tertekan. Darah ini sangat mengiritasi jaringan otak, sehingga mengakibatkan vasospasme pada arteri di sekitar pendarahan, spasme ini dapat menyebaar ke seluruh hemisfer otak, bekuan darah yang semua lunak akhirnya akan larut dan mengecil, otak yang terletak di sekitar tempat bekuan dapat membengkak dan mengalami nekrosis.

Penatalaksanaan

Menurut Listiono D (1998 : 113) penderita yang mengalami stroke dengan infark yang luas melibatkan sebagian besar hemisfer dan disertai adanya hemiplagia kontra lateral hemianopsia, selama stadium akut memerlukan penanganan medis dan perawatan yang didasari beberapa prinsip.
Secara praktis penanganan terhadap ischemia serebri adalah :
1.           Penanganan suportif imun
a.               Pemeliharaan jalan nafas dan ventilasi yang adekuat.
b.               Pemeliharaan volume dan tekanan darah yang kuat.
c.                Koreksi kelainan gangguan antara lain payah jantung atau aritmia.
2.           Meningkatkan darah cerebral
a.               Elevasi tekanan darah
b.               Intervensi bedah
c.                Ekspansi volume intra vaskuler
d.               Anti koagulan
e.               Pengontrolan tekanan intrakranial
f.                 Obat anti edema serebri steroid
g.               Proteksi cerebral (barbitura)
Sedangkan menurut Lumban Tobing (2002 : 2) macam-macam obat yang digunakan :
1.           Obat anti agregrasi trombosit (aspirasi)
2.           Obat anti koagulasi : heparin
3.           Obat trombolik (obat yang dapat menghancurkan trombus)
4.           Obat untuk edema otak (larutan manitol 20%, obat dexametason)
Tindakan keperawatan
1.           Bantu agar jalan nafas tetap terbuka (membersihkan mulut dari ludah dan lendir agar jalan nafas tetap lancar).
2.           Pantau balance cairan.
3.           Bila penderita tidak mampu menggunakan anggota gerak, gerakkan tiap anggota gerak secara pasif seluas geraknya.
4.           Berikan pengaman pada tempat tidur untuk mencegah pasien jatuh.


B. Etiologi
Penyebab-penyebabnya antara lain:
1.       Trombosis (bekuan cairan di dalam pembuluh darah otak).
2.       Embolisme cerebral (bekuan darah atau material lain).
3.       Iskemia (Penurunan aliran darah ke area otak).(Smeltzer C. Suzanne, 2002).

C. Faktor resiko pada stroke
1.       Hipertensi
2.       Penyakit kardiovaskuler: arteria koronaria, gagal jantung kongestif, fibrilasi atrium, penyakit jantung kongestif)
3.       Kolesterol tinggi
4.       Obesitas
5.       Peningkatan hematokrit ( resiko infark serebral)
6.       Diabetes Melitus (berkaitan dengan aterogenesis terakselerasi)
7.       Kontrasepasi oral( khususnya dengan disertai hipertensi, merkok, dan kadar estrogen tinggi)
8.       Penyalahgunaan obat ( kokain)
9.       Konsumsi alkohol (Smeltzer C. Suzanne, 2002, hal 2131).


D. Manifestasi Klinis
Gejala – gejala CVA muncul akibat daerah tertentu tak berfungsi yang disebabkan oleh terganggunya aliran darah ke tempat tersebut. Gejala itu muncul bervariasi, bergantung bagian otak yang terganggu.
Gejala-gejala itu antara lain bersifat::
1.       Sementara Timbul hanya sebentar selama beberapa menit sampai beberapa jam dan hilang sendiri dengan atau tanpa pengobatan. Hal ini disebut Transient ischemic attack (TIA). Serangan bisa muncul lagi dalam wujud sama, memperberat atau malah menetap.
2.       Sementara,namun lebih dari 24 jam, Gejala timbul lebih dari 24 jam dan ini dissebut reversible ischemic neurologic defisit (RIND).
3.       Gejala makin lama makin berat (progresif) Hal ini desebabkan gangguan aliran darah makin lama makin berat yang disebut progressing stroke atau stroke inevolution.
4.       Sudah menetap/permanen (Harsono,1996, hal 67).

E. Pemeriksaan Penunjang
1.       CT Scan Memperlihatkan adanya edema , hematoma, iskemia dan adanya infark.
2.       Angiografi serebral membantu menentukan penyebab stroke secara spesifik seperti perdarahan atau obstruksi arteri.
3.       Pungsi Lumbal
o        Menunjukan adanya tekanan normal.
o        Tekanan meningkat dan cairan yang mengandung darah menunjukan adanya perdarahan.
4.       MRI : Menunjukan daerah yang mengalami infark, hemoragik.
5.       Ultrasonografi Dopler : Mengidentifikasi penyakit arteriovena.
6.       Sinar X Tengkorak : Menggambarkan perubahan kelenjar lempeng pineal.(DoengesE, Marilynn,2000).

G. Penatalaksanaan
1.       Diuretika : untuk menurunkan edema serebral.
2.       Anti koagulan: Mencegah memberatnya trombosis dan embolisasi. (Smeltzer C. Suzanne, 2002, hal 2131).
Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Stok Non Hemoragic (SNH)
A. Pengkajian
1.       Pengkajian Primer
o        Airway.
Adanya sumbatan/obstruksi jalan napas oleh adanya penumpukan sekret akibat kelemahan reflek batuk.
o        Breathing.
Kelemahan menelan/ batuk/ melindungi jalan napas, timbulnya pernapasan yang sulit dan / atau tak teratur, suara nafas terdengar ronchi /aspirasi.
o        Circulation.
TD dapat normal atau meningkat , hipotensi terjadi pada tahap lanjut, takikardi, bunyi jantung normal pada tahap dini, disritmia, kulit dan membran mukosa pucat, dingin, sianosis pada tahap lanjut.
1.       Pengkajian Sekunder
o        Aktivitas dan istirahat.
Data Subyektif:
§         kesulitan dalam beraktivitas ; kelemahan, kehilangan sensasi atau paralysis.
§         Mudah lelah, kesulitan istirahat (nyeri atau kejang otot).
Data obyektif:
1.        
o         
§         Perubahan tingkat kesadaran.
§         Perubahan tonus otot ( flaksid atau spastic), paraliysis (hemiplegia), kelemahan umum.
§         Gangguan penglihatan.
1.        
o        Sirkulasi
Data Subyektif:
§         Riwayat penyakit jantung (penyakit katup jantung, disritmia, gagal jantung , endokarditis bacterial), polisitemia.
Data obyektif:
1.        
o         
§         Hipertensi arterial
§         Disritmia, perubahan EKG
§         Pulsasi : kemungkinan bervariasi
§         Denyut karotis, femoral dan arteri iliaka atau aorta abdominal.
1.        
o        Integritas ego
Data Subyektif:
§         Perasaan tidak berdaya, hilang harapan.
Data obyektif:
1.        
o         
§         Emosi yang labil dan marah yang tidak tepat, kesediahan , kegembiraan.
§         Kesulitan berekspresi diri.
1.        
o        Eliminasi
Data Subyektif:
§         Inkontinensia, anuria
§         Distensi abdomen (kandung kemih sangat penuh), tidak adanya suara usus(ileus paralitik)
1.        
o        Makan/ minum
Data Subyektif:
§         Nafsu makan hilang.
§         Nausea / vomitus menandakan adanya PTIK.
§         Kehilangan sensasi lidah , pipi , tenggorokan, disfagia.
§         Riwayat DM, Peningkatan lemak dalam darah.

Data obyektif:
1.        
o         
§         Problem dalam mengunyah (menurunnya reflek palatum dan faring)
§         Obesitas (faktor resiko).
1.        
o        Sensori Neural
Data Subyektif:
§         Pusing / syncope (sebelum CVA / sementara selama TIA).
§         Nyeri kepala : pada perdarahan intra serebral atau perdarahan sub arachnoid.
§         Kelemahan, kesemutan/kebas, sisi yang terkena terlihat seperti lumpuh/mati.
§         Penglihatan berkurang.
§         Sentuhan : kehilangan sensor pada sisi kolateral pada ekstremitas dan pada muka ipsilateral (sisi yang sama).
§         Gangguan rasa pengecapan dan penciuman.

Data obyektif:
1.        
o         
§         Status mental : koma biasanya menandai stadium perdarahan, gangguan tingkah laku (seperti: letergi, apatis, menyerang) dan gangguan fungsi kognitif.
§         Ekstremitas : kelemahan / paraliysis (kontralateral) pada semua jenis stroke, genggaman tangan tidak imbang, berkurangnya reflek tendon dalam (kontralateral).
§         Wajah: paralisis / parese (ipsilateral).
§         Afasia (kerusakan atau kehilangan fungsi bahasa), kemungkinan ekspresif/ kesulitan berkata kata, reseptif / kesulitan berkata kata komprehensif, global / kombinasi dari keduanya.
§         Kehilangan kemampuan mengenal atau melihat, pendengaran, stimuli taktil.
§         Apraksia : kehilangan kemampuan menggunakan motorik.
§         Reaksi dan ukuran pupil : tidak sama dilatasi dan tak bereaksi pada sisi ipsi lateral.
1.        
o        Nyeri / kenyamanan
Data Subyektif:
§         Sakit kepala yang bervariasi intensitasnya.

Data obyektif:
1.        
o         
§         Tingkah laku yang tidak stabil, gelisah, ketegangan otot / fasial.
1.        
o        Respirasi
Data Subyektif:
§         Perokok (factor resiko).
1.        
o        Keamanan
Data obyektif:
§         Motorik/sensorik : masalah dengan penglihatan.
§         Perubahan persepsi terhadap tubuh, kesulitan untuk melihat objek, hilang kewasadaan terhadap bagian tubuh yang sakit.
§         Tidak mampu mengenali objek, warna, kata, dan wajah yang pernah dikenali.
§         Gangguan berespon terhadap panas, dan dingin/gangguan regulasi suhu tubuh.
§         Gangguan dalam memutuskan, perhatian sedikit terhadap keamanan, berkurang kesadaran diri.
1.        
o        Interaksi social
Data obyektif:
§         Problem berbicara, ketidakmampuan berkomunikasi.
(Doenges E, Marilynn,2000).

B. Diagnosa Keperawatan
1.       Perubahan perfusi jaringan serebral b.d terputusnya aliran darah : penyakit oklusi, perdarahan, spasme pembuluh darah serebral, edema serebral.
2.       Kerusakan mobilitas fisik b.d keterlibatan neuromuskuler, kelemahan, parestesia, flaksid/ paralysis hipotonik, paralysis spastis. Kerusakan perceptual / kognitif.
3.       Pola nafas tak efektif berhubungan dengan adanya depresan pusat pernapasan.

C. Intervensi
Diagnosa Keperawatan 1. :
Perubahan perfusi jaringan serebral b.d terputusnya aliran darah : penyakit oklusi, perdarahan, spasme pembuluh darah serebral, edema serebral.
Kriteria Hasil :
1.        
o        Terpelihara dan meningkatnya tingkat kesadaran, kognisi dan fungsi sensori / motor.
o        Menampakan stabilisasi tanda vital dan tidak ada PTIK.
o        Peran pasien menampakan tidak adanya kemunduran / kekambuhan.
Intervensi :
Independen
1.        
o        Tentukan factor factor yang berhubungan dengan situasi individu/ penyebab koma / penurunan perfusi serebral dan potensial PTIK.
o        Monitor dan catat status neurologist secara teratur.
o        Monitor tanda tanda vital.
o        Evaluasi pupil (ukuran bentuk kesamaan dan reaksi terhadap cahaya).
o        Bantu untuk mengubah pandangan , misalnay pandangan kabur, perubahan lapang pandang / persepsi lapang pandang.
o        Bantu meningkatakan fungsi, termasuk bicara jika pasien mengalami gangguan fungsi.
o        Kepala dielevasikan perlahan lahan pada posisi netral.
o        Pertahankan tirah baring , sediakan lingkungan yang tenang , atur kunjungan sesuai indikasi.
o        Berikan suplemen oksigen sesuai indikasi.
o        Berikan medikasi sesuai indikasi :
§         Antifibrolitik, misal aminocaproic acid (amicar).
§         Antihipertensi.
§         Vasodilator perifer, missal cyclandelate, isoxsuprine.
§         Manitol.

Diagnosa Keperawatan 2. :
Ketidakefektifan bersihan jalan napas b.d kerusakan batuk, ketidakmampuan mengatasi lendir.
Kriteria Hasil:
1.        
o        Pasien memperlihatkan kepatenan jalan napas.
o        Ekspansi dada simetris.
o        Bunyi napas bersih saat auskultasi.
o        Tidak terdapat tanda distress pernapasan.
o        GDA dan tanda vital dalam batas normal.
Intervensi:
1.        
o        Kaji dan pantau pernapasan, reflek batuk dan sekresi.
o        Posisikan tubuh dan kepala untuk menghindari obstruksi jalan napas dan memberikan pengeluaran sekresi yang optimal.
o        Penghisapan sekresi.
o        Auskultasi dada untuk mendengarkan bunyi jalan napas setiap 4 jam.
o        Berikan oksigenasi sesuai advis.
o        Pantau BGA dan Hb sesuai indikasi.

Diagnosa Keperawatan 3. :
Pola nafas tak efektif berhubungan dengan adanya depresan pusat pernapasan
Tujuan :
1.        
o        Pola nafas pasien efektif
Kriteria Hasil:
1.        
o        RR 18-20 x permenit
o        Ekspansi dada normal.
Intervensi :
1.        
o        Kaji frekuensi, irama, kedalaman pernafasan.
o        Auskultasi bunyi nafas.
o        Pantau penurunan bunyi nafas.
o        Pastikan kepatenan O2 binasal.
o        Berikan posisi yang nyaman : semi fowler.
o        Berikan instruksi untuk latihan nafas dalam.
o        Catat kemajuan yang ada pada klien tentang pernafasan.

DAFTAR PUSTAKA
Long C, Barbara, Perawatan Medikal Bedah, Jilid 2, Bandung, Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan Pajajaran, 1996.

Tuti Pahria, dkk, Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Ganguan Sistem Persyarafan, Jakarta, EGC, 1993.

Pusat pendidikan Tenaga Kesehatan Departemen Kesehatan, Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem Persarafan , Jakarta, Depkes, 1996.

Smeltzer C. Suzanne, Brunner & Suddarth, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Jakarta, EGC, 2002.

Marilynn E, Doengoes, 2000, Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3, Jakarta, EGC, 2000.

Harsono, Buku Ajar : Neurologi Klinis,Yogyakarta, Gajah Mada university press, 1996.

DAFTAR PUSTAKA

1.           Carpenito, L.J., 1999, Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan, EGC, Jakarta.
2.           Doengoes, M.E., 2000, Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, EGC, Jakarta.
3.           Hudak, C.M., Gallo, B.M., 1986, Keperawatan Kritis : Pendekatan Holistik, EGC, Jakarta.
4.           Long, B.C., 1996, Perawatan Medikal Bedah, Yayasan Ikatan Alumni, Pendidikan Keperawatan,Padjajaran, Bandung.
5.           Lumban Tobing, S.M., 1998, Neurologi Klinik Pemeriksaan Fisik dan Mental, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta.
6.           Price, S.A., dan Wilson, L.M, 1995, Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit, EGC, Jakarta.

Saran anda sangat diharapkan untuk membangun blog ini.